Proyek Miliaran, Jalan Mengelupas: Siapa Yang Bermain Di Balik Jalan Otmix Sif Palo?

 

Oleh; Sahwi Agil 

Mahasiswa Unkhair Jurusan Antropologi Sosial

 Jalan Otmix Sif Palo, yang baru beberapa bulan lalu diresmikan sebagai salah satu infrastruktur strategis di wilayah Halmahera Tengah, kini menjadi sorotan publik. Alih-alih memberi rasa lega dan harapan baru bagi masyarakat, kondisi jalan yang mulai mengelupas dan berlubang justru menghadirkan kekecewaan mendalam. Genangan air yang muncul setiap kali hujan turun seolah menegaskan bahwa kualitas pekerjaan pembangunan tidak sesuai dengan standar yang dijanjikan.

Padahal, keberadaan jalan ini sangat vital. Bukan hanya sebagai penghubung antara Sif hingga Palo, tetapi juga akses kolektif bagi masyarakat Patani bahkan Halmahera Tengah secara keseluruhan. Jalan tersebut diharapkan mampu memperlancar mobilitas warga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari: anak-anak berangkat sekolah, masyarakat mengakses pelayanan kesehatan, hingga para petani dan nelayan yang membawa hasil bumi dan tangkapan mereka ke pasar. Dengan kata lain, jalan ini seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi dan sosial masyarakat sekitar.

Namun, kenyataan yang terjadi jauh dari harapan. Jalan yang baru saja dibangun itu kini lebih sering menjadi bahan keluhan daripada kebanggaan. Masyarakat mempertanyakan keseriusan kontraktor maupun pihak terkait dalam melaksanakan proyek tersebut. Banyak dugaan bermunculan bahwa pembangunan ini hanya dilakukan setengah hati, tanpa perencanaan matang dan tanpa pengawasan ketat. Akibatnya, proyek yang mestinya berumur panjang berubah menjadi beban, baik secara psikologis maupun finansial, bagi warga yang setiap hari harus melewati jalan tersebut.

Lebih jauh, kasus ini membuka kembali perbincangan tentang lemahnya tata kelola pembangunan infrastruktur di daerah. Transparansi dalam penggunaan anggaran serta pengawasan yang konsisten menjadi hal yang mutlak diperlukan. Penulis menilai bahwa jika tidak ada langkah tegas, kejadian serupa hanya akan terulang: pembangunan dilakukan secara instan, kualitas diabaikan, sementara rakyat kecil yang menanggung kerugian.

Kini, semua mata tertuju pada pemerintah daerah dan aparat penegak hukum. Masyarakat menunggu adanya tindakan nyata: apakah akan ada audit anggaran, evaluasi terhadap kontraktor, hingga penegakan hukum bagi pihak-pihak yang terbukti lalai atau menyalahgunakan wewenang. Jalan Otmix Sif Palo seharusnya menjadi simbol kemajuan, bukti hadirnya negara di tengah rakyat, bukan sekadar proyek formalitas yang cepat rusak begitu saja.

Penulis menegaskan bahwa, mereka ingin jalan yang benar-benar layak, kokoh, dan berdaya guna dalam jangka panjang. Bukan sekadar aspal tipis yang mengelupas dalam hitungan bulan, melainkan infrastruktur berkualitas yang mampu menopang kehidupan sosial-ekonomi daerah. Karena bagi penulis, jalan bukan hanya soal pembangunan fisik, melainkan juga soal keadilan, kesejahteraan, dan masa depan wilayah Patani dan Halmahera Tengah secara keseluruhan. (*)

0 Komentar