Review Novel: "Yang Terindah Pernah Pergi" oleh M. Daffa Al Amru
WEDA - (02/07) Baru-baru ini, seorang anak muda kota weda baru saja meluncurkan debut novel dengan judul : Yang Terindah Pernah Pergi. Terdengar biasa untuk mereka yang hidup di perkotaan yang syarat akan dialektika pergaulan literasi yang cukup hidup di tengah pergaulan sosial masyarakat moderen. Namun hal ini menjadi luar biasa sekaligus menampar presepsi publik, bahwa generasi biru yang berada di indonesia timur terutama daerah pertambangan "Halmahera Tengah" bakal sukar keluar dari kondisi masyarakat yang konsumtif dan condong apatis terhadap budaya literasi (membaca, menulis dan berdiskusi).
"Terima kasih sudah menulis"
Kata-kata ini terasa sangat tepat sebagai ungkapan pembaca untuk sebuah novel debut yang berhasil menyentuh hingga ke ruang-ruang terdalam emosi pembaca. Dalam "Yang Terindah Pernah Pergi," M. Daffa Al Amru menghidupkan kisah yang bukan sekadar narasi, melainkan pengungkapan yang begitu jujur dan raw terhadap proses batin seorang lelaki dalam hubungan cinta.
Alur ceritanya mengalir dengan penuh ketegangan emosional yang halus, memaparkan proses batin yang sering kali tersembunyi di balik sikap kuat seorang pria. Novel ini mampu mengajak pembaca, khususnya lelaki, untuk mengakui dalam diam kejujuran jiwa mereka yang selama ini terbungkam—tentang jatuh bangun dan pergulatan yang melelahkan, bukan karena dunia yang keras, tetapi karena kerasnya proses batin dalam menyambut dan menjaga sebuah cinta.
Meskipun menggunakan premis yang terkesan umum, M. Daffa berhasil membebaskan dirinya dari klise dengan menghadirkan narasi yang sangat personal dan unik. Setiap detil kisahnya terasa hidup dan tak terduga, membawa pembaca masuk ke dalam sisi paling rapuh dan mendalam dari perjuangan seorang pria.
Yang paling mengena adalah pesan moral yang tersirat dengan sangat kuat dan penuh makna: betapa rapuh dan rumitnya proses dewasa yang harus dilalui seorang lelaki dalam konteks cinta dan kehidupan. Ini adalah aspek yang sangat penting dan menjadi jiwa cerita, memberikan kedalaman yang jarang ditemukan dalam novel sejenis.
Dengan karya ini, M. Daffa Al Amru tidak hanya menorehkan jejak sebagai penulis debut, melainkan juga sebagai penyair hati yang berani menghadirkan kejujuran yang sering kali tersembunyi. "Yang Terindah Pernah Pergi" adalah ungkapan hati yang terlalu jujur untuk dianggap sekadar cerita—dan untuk itu, saya ucapkan, terima kasih sudah menulis.
Mr.chulleyevo (Pegiat Literasi Desa Were)
0 Komentar