Wakil Ketua Komisi I Nilai PT IWIP Hanya Janji
Putra Sian: Buat Kesabaran Hilang
WEDA- Laut memang tak pernah berbicara, tapi gelombangnya bisa menghancurkan segalanya, termasuk harapan. Hal itu kini dirasakan oleh warga Desa Gemaf, Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah. Abrasi akibat gelombang selatan terus mengikis garis pantai, dan DPRD Halteng pun mulai kehilangan kesabaran.
Ketika diwawancarai media ini, Wakil Ketua Komisi I DPRD Halteng, Putra Sian Arimawa, melontarkan pernyataan keras terhadap PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP). Ia menyoroti janji-janji manis yang hingga kini belum berbuah tindakan nyata.
"Awal Januari 2025, saya dan teman-teman DPRD, termasuk Pak Munadi Kilkoda, sudah duduk di kantor pusat IWIP di Jakarta. Kami bawa banyak usulan, tapi yang paling genting adalah swering penahan ombak untuk Desa Gemaf. Karena kalau gelombang selatan datang, itu bukan ombak biasa, itu bisa bawa bencana,” ujar Sian.
Ia menceritakan kembali kejadian memilukan pada tahun 2021 dan 2022, ketika ombak menggulung sebagian pemakaman warga, hingga beberapa pusara hilang tanpa jejak. Tapi sampai hari ini, tindakan nyata dari pihak perusahaan nyaris tak terdengar.
“Pada 11 Februari, saya ketemu langsung dengan Pak Katamsi, Manajer Eksternal IWIP di Tanjung Uli. Kami bicara lagi soal swering. Saat itu beliau janji akan koordinasi internal dulu, tapi sekarang sudah akhir April, masih nol progres,” tegasnya.
Menurut Sian, saat ini bukan hanya soal abrasi. Ini soal kepekaan sosial, soal apakah nyawa dan rumah warga dianggap layak untuk dilindungi. Lebih dari itu, ini juga menyangkut harga diri dan keseriusan perusahaan besar seperti IWIP dalam menjaga komitmen terhadap masyarakat lingkar tambang.
“Warga Desa Gemaf ini, sejak awal, tidak pernah sekalipun ikut demo. Mereka tidak cari panggung. Tapi kalau begini terus, kami bisa saja turun ke jalan pada May Day 1 Mei nanti. Kami akan suarakan ini lewat aksi nyata,” ancamnya.
Sian juga mengkritik keras sikap arogan yang menurutnya ditunjukkan oleh oknum manajemen eksternal PT IWIP. Ia bahkan menyebut, pesan WhatsApp-nya yang dikirim secara pribadi tidak pernah dibaca.
“Kalau anggota DPRD saja diabaikan, bagaimana dengan suara warga biasa? Ini bentuk arogansi luar biasa. Saya yakin Mr. Kevin sebagai pimpinan puncak IWIP punya niat baik, tapi orang lapangan gagal total menerjemahkan itu. Harus ada evaluasi besar-besaran,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan, meski pihak perusahaan pernah menurunkan tim ke lokasi pada 2022, perhatian hanya difokuskan pada area pemakaman yang terkena ombak, tanpa melihat ancaman yang lebih luas di sepanjang pesisir dan rumah-rumah warga.
Kini, musim gelombang selatan sudah di depan mata. Warga hanya bisa berharap. Tapi jika harapan tak kunjung didengar, jalan raya mungkin akan menjadi satu-satunya mimbar terakhir. (Ir)
0 Komentar